Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dilahirkan atas inisiasi mahasiswa Nahdatul Ulama sejak tahun 1960 ini, sejatinya telah matang dalam berdinamika secara internal maupun eksternal, namun hal tersebut selah di ciderai oleh sejumlah oknum PMII di Sulawesi Barat.
Semua bermula ketika pernyataan kontroversial dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang diasumsikan sebahagian masyarakat telah menganalogikan suara toa Masjid dan suara anjing.
Melalui kajian dan pertimbangan yang matang, PMII komisariat Unsulbar yang diketua oleh sahabat Miftahul Jannah menganggap bahwa pernyataan menteri agama tersebut telah melukai hati masyarakat dan memicuh munculnya kegaduhan ditengah tengah kemajemukan dalam bermasyarakat di bumi Nusantara ini.
Sehingga muncullah satu gagasan untuk mengangkat bendera sebagai bentuk perlawanan Untuk menuntut Presiden Jokowi mencopot Menteri Agama RI.
PMII Komisariat Unsulbar dalam gerakannya telah mendapatkan berbagai kecaman dari oknum senior di PMII untuk mencegah terjadinya aksi tersebut, bahkan tuduhan dan caci maki keluar dari Mulut mereka yang katanya senior.
Dalam grup whatsapp PMII Oknum senior inisial KC dengan lantang mengatakan bahwa “Koalisi dan Issunya bikin malu… Keliatan Sekali kalau anakĀ² itu dibayar”.
Lalu salah satu Komisioner KPU Kabupaten Mamuju inisial AN juga memberikan Komentar “PKC N Cabangnya Harus bertindak” yang menggelitik lagi salah satu oknum senior Inisial MG menjastifikasi bahwa katanya “ada penyusup dan meminta agar PMII Unsulbar di tertibkan”.
Namun celoteh dari oknum senior tersebut tidak di gubris oleh sahabat sahabat PMII Komisariat Unsulbar dan tetap melaksanakan aksi dengan tuntutan “Copot Menteri Agama RI” di dua titik yaitu minggu pertama di Kemenag Kabupaten Majene dan minggu kedua dilanjutkan di Kanwil Kemenag Provinsi Sulbar.
Tidak mau ketinggalan, salah satu senior di Majene pun mencoba menjelaskan atas sikap ketua Cabang “Ulla” hasil Konfercab settingan tentang surat teguran tidak berdasar ke komisariat Unsulbar yang begitu kepanasan melihat aksi menuntut Menteri Agama RI dicopot.
Senior tersebut menjelaskan bahwa :
“Ulla itu memang harus sibuk. Krena kegiatan demo itu adalah kegiatan Komisariat yg dibawahi sama dia. Jadi bukan kegiatan “orang lain”. Justru aneh kalo cabang tidak terlibat aktif.
Jangan pake istilah menjilat lah terlalu kasar…, pake istilah orang yang mengamankan kepentingan. Itu sudah pasti terjadi…,hukum dialektisnya kalo ada kepentingan senior yang diganggu pasti banyak senior yang akan terganggu…
Masalahnya issu pencopotan itu dampaknya bisa memperkuat posisi SY daripada SAS untuk mengganti Gus Yaqut. Itu berarti kita memberi peluang besar pada….? Untuk merebut Kemenag.
Itulah kenapa di FB saya bilang silahkan demo tapi jangan pake issu pencopotan. Mengajari adek-adek aktulisasi diri dengan demonstrasi kan tidak perlu merusak strategi issu yang sudah kita rancang “Dari jawaban tersebut untuk sementara kami menyimpulkan bahwa ternyata kaderisasi di PMII salah satu fungsinya adalah mengamankan kepentingan senior dan itu jauh berbedah dengan yang diajarkan di materi kaderisasi serta follow up selama ini. Jadi ini adalah ilmu baru di PMII bahwa salah benar itu soal lain, yang terpenting amankan dulu jepentingan senior PMII”.
Itu versi mereka yang telah mengkebiri tujuan PMII demi kepentingan kelompok semata, efek ketidak patuhan diduga telah menjadi jalan terjal untuk melanjutkan jenjang kaderisasi formal di PMII.
Sahabat Andi Altas
Domisioner Ketua Komisariat Unsulbar
Tulisan yang diterbitkan merupakan tanggungjawab sepenuhnya pengirim