MAJENE – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulawesi Barat 2024 telah memasuki masa kampanye.
Empat pasangan calon Gubernur yang ditetapkan KPU Sulbar adalah Pasangan Andi Ibrahim Masdar (AIM) – Asnuddin Sokong mendapat nomor urut 1. Sementara Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar nomor urut 2 ialah Ali Baal Masdar (ABM) – Arwan M Aras.
Paslon nomor urut 3 ialah Suhardi Duka (SDK) – Salim S Mengga. Kemudian paslon gubernur dan wakil gubernur Sulbar nomor urut 4 ialah Husain Syam (PHS) – Enny Angraeni Anwar.
Ketua Jaringan Pemerhati Kebijakan Pemerintah Daerah (JAPKEPDA) Juniardi menyampaikan analisisnya soal peluang masing-masing pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar periode 2025-2030.
Menurutnya, bertarungnya dua orang dari klan Masdar, yakni ABM dan AIM membuat peta politik Pilkada Sulbar 2024 berpotensi menguntungkan pasangan lain, yakni SDK-JSM dan PHS-Enny.
“Apalagi, berkaca pada Pilgub Sulbar 2017, ABM hanya menang selisih 0,76% atau 4.763 suara dari SDK kala itu,” sebut pria yang akrab disapa Jun, Senin 30 September 2024.
Pilkada Sulbar 2017, kata Jun, diikuti oleh tiga Paslon, yakni SDK-KK yang diusung oleh Partai Demokrat, PKS dan Hanura. Kemudian Salim-Hasan diusung Golkar, serta ABM-Enny diusung Partai Gerindra, PKB, Nasdem, PAN, PDI-P,PPP, serta PKPI.
Saat itu, kata Jun, ABM-Enny menang dengan perolehan 244.763 suara 38,76%, sementara SDK-KK urutan kedua dengan perolehan 240.010 suara atau 38,00%. Serta pasangan Salim-Hasan di posisi terakhir dengan perolehan 146.774 suara atau 23,24%.
Juniardi menyebut terdapat lima faktor yang mempengaruhi kemenangan ABM-Enny di Pilgub Sulbar 2017. Pertama diusung oleh koalisi partai gemuk, tercatat tujuan Parpol yang mengusung keduanya ketika itu.
Gerbong tim koalisi gemuk bergerak maksimal dalam mendulang suara bagi ABM-ENNY di enam kabupaten, sehingga walaupun kalah di empat kabupaten, namun perolehan suara keduanya sangat signifikan di Polman dan Pasangkayu
“Contohnya di Mamuju sebagai basis utama SDK, walau SDK-KK memperoleh 66.909 suara atau (54,36%), namun ABM-ENNY mampu medapatkan 46.043 suara atau (37,41%) di basis utama SDK,” tegas Jun.
Faktor kedua, ucap Jun, adalah ABM-ENNY disokong dua orang Bupati kala itu, yakni AIM Bupati Polman periode 2014-2019 dan 2019-2024 yang merupakan adik kandung ABM, serta Agus Ambo Djiwa Bupati Pasangkayu periode 2010-2015 dan 2015-2020.
Agus Ambo Djiwa yang merupakan Ketua DPD PDI-P Sulbar yang turut mengusung Paslon ABM-ENNY saat itu. Berkat peran kedua orang bupati itu, ABM-ENNY berhasil menang di Polewali Mandar dengan memperoleh 104.230 suara (45,48%) dan di Pasangkayu ABM-ENNY menang 29.521 suara (49,40%).
Faktor ketiga adalah pengaruh Anwar Adnan Saleh (AAS) Gubernur Sulbar periode 2006-2011 dan 2011-2016. Pengaruh AAS saat itu masih sangat kuat, sebab AAS dinilai masyarakat terbukti berhasil melakukan akselerasi pembangunan, khususnya di Mamuju sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Barat.
Faktor keempat adalah ABM-ENNY mendapat mendapat dukungan dari berbagai tokoh di Sulawesi Barat.
“Dalam memasarkan program politik, ABM-ENNY mendapat dukungan dari tokoh berpengaruh, sehingga dapat memperoleh dukungan yang banyak masyarakat. Diantara tokoh yang dulu mendukung ABM-ENNY adalah Syahril Hamdani selaku Tokoh Pejuang Pembentukan Sulbar, KH. SYIBLI Sahabuddin Tokoh Agama sekaligus anggota DPD Sulbar, Umar P Mantan Wakil Bupati Mamuju,” kata Juniardi.
Faktor kelima adalah memanfaatkan media dalam melakukan pemasaran program kampanye politik. Saat itu, semua bentuk media, baik cetak, elektronik, hingga media sosial digunakan mengekspose program ABM-ENNY.
“Peran media sosial bagi masyarakat sangat efektif, terlebih ada banyak platform media sosial yang populer dalam mengakses informasi saat itu, seperti WhatsApp dan Facebook,” beber Jun.
Jika mengamati dinamika politik Pilkada Sulbar 2024, maka terjadi begitu banyak perubahan politik yang berpotensi menjadi batu sandungan bagi klan Masdar, yakni Ali Baal Masdar (ABM) dan Andi Ibrahim Masdar (AIM).
Juniardi menilai, terdapat beberapa diantaranya faktor yang akan berpotensi menjadi pemicu kekalahan keduanya, beberapa diantaranya adalah capaian prestasi ABM selama menjadi gubernur sulbar periode 2017-2022 gagal memenuhi ekspektasi publik khususnya di sektor pembangunan infrastruktur layaknya yang dilakukan pendahulunya gubernur AAS selama dua periode.
Selain itu, faktor ABM kini kehilangan pengaruh di Kabupaten Pasangkayu sebagai basis kedua perolehan suara terbanyak setelah Polman pada Pilgub 2017.
Kemenangan ABM-ENNY di Pasangkayu saat itu, merupakan bentuk sokongan Mantan Bupati Pasangkayu dua periode Agus Ambo Djiwa sekaligus Anggota DPRD RI terpilih periode 2024-2029 yang dulu mendukungnya.
Agus Ambo Djiwa merupakan king maker sekaligus tokoh politik utama di Pasangkayu saat ini. Betapa tidak beliau mampu lolos ke DPR RI periode 2024-2029 dan berhasil menyerahkan tongkat stafet kepemimpinan Bupati dan Wabup Pasangkayu kepada saudara dan istrinya saat ini.
Kini PDI-P Sulbar mengusung pasangan PHS dan ENNY di Pilgub 2024, sehingga perolehan suara ABM-Arwan berpotensi tidak maksimal di Pasangkayu.
Majunya AIM di Pilkada Sulbar 2024 juga akan berdampak pada efek menurunnya elektoral ABM di Polman. Alasannya, AIM sebagai Bupati Polman periode 2014-2019 dan 2019-2014, diyakini lebih memiliki pengaruh besar dalam mendulang suara di Polman ketimbang Paslon lain, termasuk ABM-Arwan.
Kondisi tersebut tentu menguntungkan bagi SDK-JSM dan PHS-ENNY. Selain itu, di Pilkada Sulbar 2024, Paslon ABM-Arwan hanya disokong oleh dua Parpol, yakni Golkar dan Gerindra, sehingga mesin koalisi harus bekerja ekstra dalam mendulang suara.
Perolehan suara di Polman sebagai basis Utama klan Masdar tidak akan terkonsentrasi pada satu Paslon saja layaknya di Pilgub Sulbar 2017, melainkan akan lebih merata pada empat orang Paslon lainnya sebagai figur lokal Polman, yakni ABM, AIM, JSM, serta PHS.
Hanya saja, Juniardi tidak menampik jika masih ada peluang bagi ABM-Arwan jika ingin menang di Pilkada Sulbar 2024. Yakni dengan menerapkan strategi politik yang tepat.
Salah satunya, kata Jun, adalah dengan mendulang suara maksimal di Mamuju Tengah sebagai basis suara Arwan Aras, serta menjadikan Kabupaten Majene dan Mamasa sebagai basis baru dalam mendulang perolehan suara untuk mengantisipasi kurang maksimalnya perolehan suara di Polman.
“Memang tetap masih ada peluang menang, tapi nanti akan saya jelaskan faktor apa saja yang bisa membuat klan Masdar terhindar dari kekalahan di Pilkada Sulbar 2024 ini,” pungkas Juniardi.